Langkah2 Tanpa Arah

Tak masalah, seberapa banyak terjatuh.

Tak masalah, seberapa banyak tersungkur.

Cepat atau lambat, ku akan bangun; kuakan bangkit lagi.

Biarpun tertatih, biarpun perih merajai…

Pernah kita berjalan seirama, saling berpegangan tangan. Jemari kita bertautan, saling menguatkan. Kuingat dulu, saat langkah kakimu tertatih, kuulurkan tangan, biar bebanmu terasa lebih ringan. Dan kupun pernah bersandar di bahumu, untuk menambatkan penat nyeri di kepala ini.

Dan kitapun beredar kembali, mengitari hari-hari. Derap langkah kita, tegas menuju senja di kejauhan sana. Masih siang, ketika surya surya menyapa kita dengan selintas bayangnya. Tiupan angin, tiba-tiba datang, mengundang debu-debu beterbangan. Seketika mata ini terasa perih.

Sejenak kuterpejam, mencoba meredam perih yang tak kunjung pergi. Sejenak langkah kita terhenti karenanya. Lantas kudengar engkau berkata:

“Mari terus berjalan, agar lekas sampai di tujuan. Jangan khawatir, aku akan membimbingmu sementara, sampai pandanganmu pulih sebagaimana sedia kala.”

Aku baru teringat, kalau engkau berkacamata, dan karenanya engkau terbebas dari serangan debu-debu ganas itu. Lalu kurasakan, jemarimu kian erat menggenggam jemariku. Sepertinya engkau ingin memberikan semangat lebih kepadaku, agar terus tegar melangkah. Tak lama setelahnya, engkau mulai menuntunku…

Untuk beberapa lama, sepertinya kita menyusuri jalanan yang lapang dan datar. Kemudian jalanan terjal berbatu mulai membuat langkah kita semakin pelan lajunya. Sesekali pegangan tangan kita sempat terlepas, ketika kakiku terantuk batu-batu cadas. Lalu kita berjalan kembali, menyusuri liku-liku jalan yang makin curam. Kiri kanan serasa ada pepohonan besar. Beberapa kali engkau mengingatkanku agar lebih berhati-hati karena ranting-ranting terkadang menghadang sekeliling.

Saat itulah kurasakan peganganmu mengendur, dan tak lama kemudian terlepas. Berkali-kali kusebut namamu, sambil meraba-raba sekeliling. Dadaku sontak sesak, karena tak ada satupun suara sahutanmu.

Kucoba membuka mata. Dalam perih yang masih menyiksa, kucari bayanganmu, sambil meneriakkan namamu berulang-ulang. Tak terbilang berapa banyaknya, tapi hanya suara gema yang terdengar di kejauhan sana. Sepertinya engkau lenyap, bersama gelap yang teramat pekat.

Pada isak yang tiba-tiba menyeruak, bulir-bulir hujan serasa berjatuhan dari angkasa. Wajahkupun bersimbah basah, entah karena cucuran hujan, atau karena tangisan…

Langkah semakin hilang jejak
Dihembus angin duka
Kini tinggal samar bayangan
Tak bisa lagi berdiri
‘Tuk menantang cinta ini
Mengapa harus ku sendiri pertahankan
Cinta yang berdarah ini oh…

Hati masih merindu sedih
Walau hujan berapi
Membakar di bumi hatiku
Andainya putus katamu
Ingin pergi dariku cuma
Kau menyesali

Segalanya akan aku tempuhi
Biar pun sejuta duri
Menikam bisa hatiku
Menusuk pilu kalbuku
Akan aku teguh berdiri lagi oh..
Biarkanlah diriku sendiri
Hadapi kelukaan ini
‘Kan ku sambut airmata ini
Walaupun pedihnya tiada terperi

(Samar Bayangan-Nicky Astria)

72 thoughts on “Langkah2 Tanpa Arah

  1. ninelights said: Rasanya..seperti ada yang tercerabut di dalam hati ini..kehilangan satu dua nafas untuk sekian langkah tanpa arah.Lalu kubaca kisah ini dan kuusap air mata,aku tak sendiri rupanya..:)

    gak ada lagunya om…..btw apa kabar??? salam semangat yah om

  2. ninelights said: Rasanya..seperti ada yang tercerabut di dalam hati ini..kehilangan satu dua nafas untuk sekian langkah tanpa arah.Lalu kubaca kisah ini dan kuusap air mata,aku tak sendiri rupanya..:)

    Semangat terus !!!!

  3. larass said: gak ada lagunya om…..btw apa kabar??? salam semangat yah om

    Alhamdulillah sehat..:)iya, mau dimasukkan, tapi inet lagi nggak bagus koneksinya…:)jadi cuma dikasih text/liriknya 🙂

Leave a reply to puntowati Cancel reply