It’s a long long journey
Till I know where I’m supposed to be
It’s a long long journey
And I don’t know if I can believe
When shadows fall and block my eyes
I am lost and know that I must hide
It’s a long long journey
Till I find my way home to you *
…
Kita duduk di café, jauh dari pantai. Tapi hingar ombak, serasa terdengar. Menderu-deru dalam sanubariku. Tiap kita beradu pandang, air bah serasa tertumpah tiba-tiba dari angkasa, mengguyur tubuh ini seketika. Badan pun meranggas demam. Sekeliling berangsur blur. Sejenak kemudian aku seperti melayang-layang di tengah kedalaman samudera. Saat hampir tenggelam di dasarnya, sebuah tangan terulur. Lembut telapaknya berasa sehalus sutera.
“Ting….!”
Denting suara gelas membuatku terpelanting kembali ke alam nyata. Kesadaranku pulih. Rupanya kita sedang bersulang. Mungkin diri ini sudah terlalu letih, karena perjalanan menujumu sungguhlah berliku, hingga pikiranpun kadangkala mengembara ke negeri entah.
Atau,… jangan-jangan, kini aku sudah mabuk?
‘Ah, sejak kapan fruit punch bisa memabukkan?’ desisku, sembari memperbaiki letak tempat duduk dan mereguk sisa minuman yang makin manis rasanya. Namun jauh lebih manis senyummu, pastinya! Andai kata bisa, ingin kubingkai senyummu itu. Ingin kuabadikan keindahannya. Agar kelak, ketika rindu menyeruak kalbu, aku tak perlu bersusah payah melukis kembali lekuk lesung pipimu. Agar ketika sendiri, aku tak lagi merasa sunyi…
Dulu, bila sunyi mulai merambah hari-hari, bayanganmu kerap berkelebat, menari-nari dalam memori. Bila begitu, ingin segera kumelesat menggapaimu. Ingin kuajak engkau pergi, kemanapun kau ingin pergi. Tapi rupanya, segala hasrat itu hanya tertambat di benak. Berkali-kali menyamakan frekuensi, mencari koordinat yang tepat di beberapa kota, pertemuan pertama kita tak pernah terjadi. Hingga sempat terpikir olehku, kalau kita berdua memang tak ditakdirkan untuk bersua.
Tetapi sang waktu membuktikan yang sebaliknya. Di café inilah kita justru bertemu secara tak sengaja. Detik demi detik berikutnya, mulai mencuatlah kembali harapan yang sempat memudar. Aku kian percaya jika engkaulah tempat yang tepat untuk menambat rindu. Bak air hujan, yang bisa jatuh di mana saja, yang bisa mengalir kemanapun ia suka. Namun pada akhirnya, bukankah ia akan bermuara di lautan jua?! Begitu jugalah aku, yang mungkin beberapa kali mesti singgah di lain hati, sebelum akhirnya benar-benar tertambat di hatimu.
Malam makin indah ketika merdu suaramu mulai bergema. Kisah-kisah travelling-mu kerap membuatku terkesima. Engkau tak segan-segan menuruni tebing-lembah dan mendaki bukitnya, demi menapak puncak gunung. Hanya beberapa menit saja engkau di sana. Engkau harus cepat turun, berpacu dengan kabut udara beracun. Aku juga terpana ketika engkau bercerita tentang eksotisme Karimun Jawa. Wisata baharinya demikian menawan. Ikan-ikan, ganggang dan aneka biota laut. Berenang bersama ikan hiu mungil adalah pengalaman mengasyikkan yang tak terlupakan. Tiap kali engkau menceritakannya, wajahmu membinar. Gairah kehidupan terpancar dari sinar matamu.
Temaram lampu cafe, biasanya mencuatkan rasa muram. Tapi tidak dengan malam itu. Hadirmu menggulirkan rasa tenang. Damai terasa bersemayam di sanubari. Sinar matamu adalah suluh, yang menjadi pelita penerang. Bukan saja di sekeliling meja kita. Tapi juga di sekeliling malam-malam kita nantinya.
Andai saja bisa melipat hari, ingin segera kumelesat ke kotamu, Aku ingin mengajakmu kembali ke Karimun Jawa. Di sana kita akan menyelam bersama. Melihat sulur-sulur yang memagut telapak kaki dan tangan kita. Akan kutunggu dirimu lengah. Agar diri ini leluasa menyematkan sebuah cincin di jemarimu. Lalu, akan kubisikkan kata-kata…’I want to spend my lifetime loving you…’
* lirik lagu :’Journey’, Angela Zhang
tulisan ini diikutkan pada lomba yang diadakan tetangga belakang rumah & tetangga kampus.
sini, mbak Arni…saya bisiki….:))*******
wuihhh………. lagu di awal ngingetin pada teluk lumba2 🙂
sweet surprise 🙂
ini fiksi deeeeeh… *gak sesuai syarat… hihihihi… (kog ya gak percaya ada adegat so sweet gini..:P)
iya Yaya.. hehehe pertanyaan uni juga sama… *ini cak suga takut ditolak kali ya.. hehehe (kabuuuuuuuuuuur)
Si dianya mas Suga orang Jawa neh 😀
*jrengggggggg..icik icik bung bung* :p
Ini sisi romantis dirimukah, sam? :))
cwiwiit.. akhirnya bang sugaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
akhirnya apa?:)
mungkin itulah 1/3 sisi saya….huehueheu
kurang kencenggggg…!!!:))
Lho..lho…dari mana kesimpulan seperti itu didapatkan?:))
hahaha…tau saja, Uni:-P
percaya nggak percaya….ya harus percaya:-Psilakan bertanya ke orangnya:))Ntar malam kirim martabak ke tetangga belakang rumah, biar bs masuk kriteria tulisan ini…hihi
seperti valentino rossi, yang kerap nyelip di tikungan akhir.:))
iya, lagu2nya lembut yah…:)enak dengerinnya sembari ngepos
om penjual bakso yah ? pantesan hari ini lom lewat.. ternyata ?? hahahx
huehuehuehue….masih inget saja! sdh, amnesia lagi sana…:))
ntr klo lagi bayar baru lupa ! haha* khan abang yang ajarin :p jadi kapan kita makan2 ?
mana orangnya cak? 😛 btw.. ini postingan kudu di black list nih… ada unsur penyuapan, meski sekedar martabak…*bikin ngiler ajeeeeeeeeeee
kata anak muda sekarangco cuiiiiiit
blon baca mau makan dl udah ga kuat kroncongan..komen aja dulu ah..:D
Kl sy jurinya pasti kalah nih kisah….:p
*meleleh…br beres baca…
Katanya bagusan Didi Kempot, gimana sih? :-p
*meleleh di ending*ihiir tuit tuit
eh tetangga… makasih ya udah ikutan… 🙂
keren , pasti menang om 🙂
wkwkwk …ga ilang ilang kejamnya :))