Pertemuan Kelima

Kekasih, di pertemuan pertama, ijinkanlah kusematkan sahadat cintaku. Aku bersaksi bahwa tiada wanita kecuali engkau. Dan aku bersaksi bahwa engkaulah ibu dari anak-anakku nantinya.

Kekasih, pada pertemuan kedua, kubentangkan sajadah cintaku. Lalu kita luruh bersimpuh di hadapan sang pencipta alam semesta. KepadaNya kita menghatur syukur, atas karunia pertemuan yang penuh dengan suasana kegemabiraan dan kebahagiaan. KepadaNya kita meminta restu. Semoga Dia berkenan mempertautkan kita dalam ikatan suciNya. Semoga Dia juga berkenan menjaganya hingga akhir hayat tiba.

Kekasih, harta kita yang utama adalah kasih sayang. Dan di tiap-tiap harta yang kita miliki, bukankah ada hak-hak kaum dhuafa? Karena itulah di pertemuan ketiga, ijinkanlah aku mengajakmu untuk berbagi kasih sayang dengan sesama, terutama anak-anak yatim dan para fakir-miskin.

Ujian terberat kita sesungguhnya adalah pertemuan keempat, saat kita berperang melawan nafsu syahwat. Di pertemuan itu, aku ingin engkau mengenakan gaun paling tipis. Engkau lalu berdiri di hadapanku dengan jarak setengah inchi. Akan terbukti, apakah kita mampu menepis nafsu ataukah sebaliknya. Dalam desah napas yang makin memburu, marilah buru-buru menyeru namaNya dan meminta perlindunganNya. Tiada kehendak dan upaya, melainkan atas ijinNya. Dialah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Suci.

Pertemuan kelima hanya akan kita laksanakan bila kita berhasil memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu kita sendiri. Di pertemuan itulah jemari tanganku berthawaf, memutar benda kecil bundar. Akan kulingkarkan benda kecil itu di jari manismu, sembari mengecup kedua keningmu.

Kekasih, tunggulah hingga pertemuan kelima tiba…